Cara Mengenalkan Pancasila untuk Anak Melalui Buku Cerita Bergambar
Mengedukasi nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak tidak cukup dengan pendekatan sederhana. Perlu kreativitas para orangtua, fasilitator, dan guru untuk mengenalkan Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini agar Pancasila bukan sekadar hafalan, tetapi mewujud dalam praktik nyata untuk anak-anak di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.
Banyak hal bisa dilakukan. Misalnya lewat mendongeng, dibantu dengan gambar-gambar yang menarik atau alat simulasi. Sebab akan lebih asyik dibandingkan dengan membacakan teks saja. Dengan melihat gambar dan mendengarkan cerita, ditambah praktik simulasi, bersama antara guru dan siswa harapannya nilai-nilai moral akan mudah meresap.
Dunia anak adalah dunia bermain. Dalam belajar mengenalkan Pancasila pun perlu disampaikan dengan menyisipkan unsur permainan. Utamanya, usahakan anak senang terlebih dahulu. Anak mau berpartisipasi bermain, minimal mendengarkan.
Sebagai contoh cara belajar demokrasi saat di kelas. Cerita musyawarah sebagai implementasi dari nilai sila keempat bisa disimulasikan dalam cerita Tigor dan Ucok berikut ini. Cerita bergambar ini yang diambil dari buku “Ayo Kita Belajar Pancasila.” Sebuah buku baru karya Nyi Mas Diane Wulansari, atau yang lebih dikenal dengan Dee Motivational di media sosial.
Diceritakan dalam buku ini Tigor dan Ucok, kedua sama-sama satu kelas. Tigor digambarkan memiliki perangai suka mem-bully dan mau menangnya sendiri. Sementara itu, Ucok punya karakter sebaliknya, baik, rajin, banyak disukai teman-temannya. Suatu siang diadakan pemilihan ketua kelas. Sebelum pemilihan ketua kelas, Tigor memaksa agar teman-temannya memilihnya. Hingga drama kegaduhan pun terjadi, lalu ibu guru datang melerai. Semua anak akhirnya berembug dan diberi pemahaman oleh Ibu guru. Pendek kisah, pilihan ketua kelas dilakukan dengan hasil Ucok lebih banyak didukung teman-temannya menjadi ketua kelas. Akhirnya, Tigor mendapatkan suara kedua. Ia pun harus rela menjadi wakil ketua kelas. Cerita ini bagian dari penerapan nilai musyawarah untuk mufakat dan nilai persatuan, sila keempat dan sila ketiga.

Setidaknya ada delapan cerita bergambar lainnya yang disampaikan dalam buku terbitan Cikal Aksara ini. Delapan kisah ini menyangkut dengan nilai-nilai moral yang ada dalam semua sila Pancasila. Seperti nilai ketuhanan, persatuan, toleransi, menghargai, keadilan, musyarawah untuk mufakat, keadilan dan sosial.
Selain itu, ada banyak pesan moral penting di balik cerita-cerita bergambar ini yang diselipkan di bawah gambar. Misalnya dalam cerita Bona, jangan menyela pembicaraan orang,
Pancasila memang bukan sekadar pajangan di dinding kelas, yang menggantung di dada burung Garuda. Penerapan Pancasila dalam keseharian perlu terus dikenalkan. Hal ini untuk membangun moral anak-anak Indonesia. Selain sebagai dasar perekat keutuhan bangsa, banyak nilai universal yang penting dan ada dalam Pancasila perlu dikenalkan kepada diri anak.
Langkah pengenalan perlu disesuaikan dengan usia dan cara-cara yang sesuai zamannya. Bisa lewat jalur pendidikan sekolah, masyarakat, atau di lingkungan keluarga di rumah.
Mengapa penting mengenalkan pendidikan karakter dari Pancasila untuk anak? Sampai saat ini, Pancasila masih menjadi perekat penting nilai-nilai universal dari ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan.
Mengenalkan Pancasila melalui cerita penerapan dasar nilai-nilai dasar Pancasila dalam seharian. Agar tidak mengawang dalam mempelajari Pancasila, anak-anak perlu diajak dengan simulasi, bermain peran, atau dengan membacakan sebuah cerita ke mereka.
Akhir tahun 2018, ramai isu Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang akan dihidupkan kembali. Wacana ini dihembuskan Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu alasannya reaksi pada kekhawatiran maraknya radikalisme, penebaran hoaks di tengah masyarakat yang berbahaya bagi Indonesia.
Dahulu, PMP menjadi pelajaran wajib bagi SD/MI hingga SMA. Generasi zaman now ditengarai kurang mendapat asupan nilai-nilai Pancasila. Karena secara formal relatif kurang tersampaikan dengan baik. Selain itu juga dianggap sekadar nilai abstrak dan klise. Urusan moral dan karakter masyarakat perlu dibangun kembali. Dari spirit nilai-nilai luhur Pancasila menjadi pekerjaan rumah bersama keluarga, masyarakat, dan negara.
Bunda, sejak masa reformasi, pengenalan Pancasila untuk usia TK atau SD seperti menyurut. Mungkin beda waktu saat orantua dulu di sekolah. Setiap Senin pagi Pancasila dibacakan dan diucapkan peserta upacara. Kini, Pancasila walaupun diganti PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), banyak anak-anak sekarang kurang mengenal apa itu Pancasila. Terlebih lagi belajar mengamalkan Pancasila. Silakan Bunda bisa merasakan sendiri, mulai keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar.
Terlepas dari wacana di atas, yang pasti Pancasila perlu dikenalkan kepada anak-anak sejak dini. Kalau perlu, Bunda perlu belajar ulang, terutama cara mengenalkan Pancasila yang menyenangkan dan seru bagi anak-anak. Melalui buku “Ayo Kita Belajar Pancasila” bisa menjadi buku penghubung untuk membangun komunikasi antara orangtua dan anak. Orangtua tentu tidak ingin anak-anaknya mudah diadu-domba, mudah dipecah belah, mudah diperdaya, dan jauh dari rasa kemanusiaan yang beradab.
Buku “Ayo Kita Belajar Pancasila” yang ditulis Nyi Mas Diane Wulansari (Dee Motivational) membawa pesan penting, mendalam, serta pengingat untuk keluarga di Indonesia yang memiliki anak-anak usia TK dan SD; sebuah ajakan belajar Pancasila. Buku ini dikemas dalam cerita bergambar. Buku ini berisi cerita sehari-hari untuk menerapan, belajar Pancasila untuk pendidikan karakter anak mulai dari keluarga.
Mengenalkan Pancasila perlu rutin dilakukan. Jika dahulu hampir setiap hari nilai-nilai sila rutin dihafalkan di dalam kelas. Maka, saat ini mengajak belajar Pancasila bisa dipadukan dengan aneka simulasi seperti permainan, lagu, bermain drama, atau aneka lomba gambar dan deklamasi dengan mengambil tema Pancasila.
Besar harapan terbitnya buku “Ayo Kita Belajar Pancasila” menjadi momen tepat memperkenalkan pendidikan Pancasila untuk anak-anak usia TK dan SD. Sebab Pancasila tidak boleh terlupakan. Wawasan mendasar ini penting diajarkan untuk anak hingga kelak mereka dewasa bisa kritis, bijaksana, dalam menolak ideologi radikal yang bisa menghancurkan sendi-sendi persatuan. Salam Pancasila.